(Klik untuk memperbesar)
Kali ke-5 Sekolah Santa Ursula BSD menggelar orkestra yang dimainkan siswa-siswinya dengan alur cerita yang dikemas menarik, kali ini berjudul Les Miserables. Acara yang akan digelar Rabu (18/1) di Graha Bhakti Budaya (Taman Ismail Marzuki) ini akan mementaskan sekitar 160 orang siswa-siswi sekolah Santa Ursula BSD dari SD, SMP, dan SMA.
"Biasanya kalau orkestra sekolah lain instrumennya yang penting-penting saja, tapi kalau kami lebih lengkap! Ada violin, viola, cello, contrabass, trumpet, french horn, flute, clarinet obae, basoan, perkusi dan yang paling ditunggu-tunggu adalah harpa!" ujar Helga, siswi sekolah yang biasa disebut Sanur ini, kasih bocoran.
Persiapan pementasan yang akan diadakan pukul 19.00-20.30 ini sudah siap 80%. Harga tiket acara ini adalah:Rp 100.000 (balkon), Rp 200.000 bangku depan, Rp 300.000 (bangku belakang) dan Rp 500.000 (VIP).Info lebih lanjut hub: Helga 085695017737 dan follow Twitter mereka @SUtoTIM .
Dikutip dari http://www.hai-online.com/Hai2/Skulizm/Student-Talk/Are-you-ready-for-Les-Miserables-Santa-Ursula-BSD
-------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Les Miserables
Buat yang belum tahu Les Miserables itu apa, ini ada sedikit ulasannya:
Tokoh utama Les Misérables adalah Jean Valjean, seorang mantan narapidana yang telah mengalami 19 tahun hukuman yang berawal dari pencurian sepotong roti. Hidup keras di kapal kerja paksa telah mengubahnya menjadi orang yang jiwanya dipenuhi kegelapan dan kebencian.
Ia mengecap kebebasannya pada Oktober 1815 dan di kota D___ (bukan disensor, memang penulisannya begitu) ia bertemu dengan Uskup Bienvenu-Myriel, seorang pelayan Tuhan yang benar, dan sang Uskup menyibak kegelapan dari jiwa Jean Valjean dan melepaskan cahaya yang masih dipunyai sang narapidana sebagai manusia.
Ia mengecap kebebasannya pada Oktober 1815 dan di kota D___ (bukan disensor, memang penulisannya begitu) ia bertemu dengan Uskup Bienvenu-Myriel, seorang pelayan Tuhan yang benar, dan sang Uskup menyibak kegelapan dari jiwa Jean Valjean dan melepaskan cahaya yang masih dipunyai sang narapidana sebagai manusia.
Tiga tahun kemudian Jean Valjean tiba di kota M___sur m___ dan menempuh kehidupan sebagai manusia yang diperbarui, ia menggerakan roda industri kota M___sur m___ sebagai seorang bijak dan lembut hati. Akhirnya ia diangkat menjadi walikota atas kota itu. Masa lalunya terkubur dalam-dalam dan saat itu ia dikenal sebagai Bapa Madeleine. Namun di kota itu ada seorang inspektur polisi bernama Javert, yang merasa mengenali Bapa Madeleine sebagai salah satu narapidana yang ia pernah lihat di kapal kerja paksa.
Sang Monsieur Walikota terbebas dari kecurigaan Javert ketika seorang bapak tua bernama Champmathieu dituduh sebagai Jean Valjean. Champmathieu terancam hukuman seumur hidup di kapal kerja paksa, sementara Jean Valjean yang asli mengalami pergolakan batin antara menyerahkan diri atau membiarkan orang tua yang tak bersalah itu mengambil tempatnya sebagai orang terhukum. Monsieur Walikota yang dihormati banyak orang itu akhirnya mengakui jati dirinya dan ia kembali ke kapal kerja paksa, namun tidak untuk waktu yang lama.
Tahun 1823 Jean Valjean diberitakan jatuh ke laut dan mayatnya tidak ditemukan. Namun yang sesungguhnya terjadi adalah, Jean Valjean hidup, dan ia menjemput anak dari Fantine, seorang perempuan miskin yang meminta pertolongannya ketika ia masih menjadi walikota di M___sur m___. Gadis cilik ini bernama Cosette dan ia diperlakukan seperti budak oleh keluarga dimana ibunya telah menitipkannya.
Dari sini cerita bergulir kepada pelarian Jean Valjean dan Cosette, sampai Cosette beranjak dewasa sepuluh tahun kemudian, diselingi dengan kisah keluarga Thénardier yaitu keluarga yang dititipi Cosette, sampai kepada peristiwa 5 Juni 1832 saat pecahnya huru-hara revolusi yang digaungkan kaum Republikan.
Kira-kira seperti itulah kisah yang akan ditampilkan oleh Santa Urusla BSD di Taman Ismail Marzuki nanti.
Orkestra Santa Ursula BSD ini dipimpin oleh guest conductor Eric Awuy, conductor dari Twilite Youth Orchestra (TYO)
PENCINTA musik klasik di Indonesia mengenal Eric Awuy sebagai peniup trompet ulung. Setelah mulai belajar musik pada usia dini dengan ibunya sendiri, Eric masuk ke sekolah musik pada usia 5 tahun di Jerman, dan pada usia 15 tahun ia memutuskan untuk main trompet. Instrumen inilah yang ia pelajari secara mendalam di Hull Music Conservatory (1979-1985) dan berikutnya di Montreal Music Conservatory (1985-1988), keduanya di Kanada.
Dengan memainkan trompet ini Eric telah menyusuri perjalanan panjang, antara lain ambil bagian dalam ansambel maupun orkestra, seperti di Montreal Symphony Orchestra dan Philharmonia Brass Ensemble serta I Musici.
Tetapi di luar itu, ternyata Eric punya bakat lain, yakni sebagai konduktor. Ia pernah jadi konduktor tamu di Notre-Dame College Orchestra, World Youth orchestra, dan Indonesian Youth Orchestra. Terakhir, seperti yang ia lakukan sabtu (5/3) lalu di Balai Sarbini Jakarta, Eric menjadi konduktor Twilite Youth Orchestra (TYO).
Memimpin orkestra untuk remaja belia yang didirikan Addie MS ini, aba-aba Eric selain gamblang juga enak dipandang. Kesan ini pula yang disampaikan oleh dirigen koor Joseph Suryadi yang petang itu juga ikut menonton pergelaran perdana TYO.
Saat itu tercermin pula peran Eric yang lebih dari sebagai konduktor dan pendidik, hal yang juga pernah ia lakukan sebelum ini di Kanada dan Indonesia.
Sebagai orkestra yang baru terbentuk, tentu saja di sana-sini masih terdapat kekurangan. Agregat bunyi yang diproduksi TYO masih belum sebanding dengan sekitar 60 instrumen yang ambil bagian. Di bagian pertama, baru setelah nomor ketiga-karya Leroy Anderson, The Typewriter-TYO terasa hidup. Staminanya pun belum cukup besar untuk diminta memainkan 12 karya. Itu sebabnya, ketika Eric memainkan karya favoritnya, Nimrod dari Enigma Variations karya Elgar, TYO sudah lemas. Intonasi pada instrumen gesek pun terdengar sudah lari-lari. Aba-aba Eric tampak sudah menurun efektivitasnya.
Tetapi dengan ketekunan Eric, dan tentu saja Addie MS, TYO akan cepat berkembang. Pertanyaannya, apakah TYO akan diarahkan mengikuti jejak saudara tuanya-Twilite Orchestra-yang lebih menyukai genre popstravaganza? Ini karena mendengar karya-karya yang dimainkan TYO, di luar lagu-lagu Ibu Soed dan AT Mahmud, persis dengan TO?
Di luar itu, prakarsa Addie MS, Eric Awuy, ke depan memang akan potensial membawa musik fimfonik ke usia remaja. TYO yang petang itu diperkuat oleh Paduan Suara Anak Bangsa di bawah arahan Luciana Oendoen tengah merintis satu kultur baru bagi remaja Indonesia.
Hadirnya dirigen senior Adidharma, Menteri Negara Lingkungan Hidup Rachmat Witoelar, pianis Ananda Sukarlan, Prof Dr Subroto, serta dukungan kuat dari perusahaan swasta, tentunya membesarkan hati para pemusik belia di TYO.
Hari,tanggal: Rabu, 18 Januari 2012
Waktu: 19.00-20.30 WIB
Tempat : Graha Bhakti Budaya, Taman Ismail Marzuki
Jl. Cikini Raya no 73,Jakarta Pusat
Contact Person: Ananda ( 087771996333) / Helga (085695017737)
Informasi lebih lanjut dapat follow twitter @SUtoTIM atau kunjungi website Santa Ursula BSD http://www.sanurbsd-tng.sch.id
Like to get the latest updates!
---------------------------------------------------------------
Share this great information with your friends!
2 comments:
Agama Dean Daun si pembuat blog ini apa sih? Gak jelas banget...! Kalo Lebaran, tema blognya tentang minal aidin wal faizin... kalau imlek, tema blognya gong xi fa coi! Fabianus Dean jangan jangan komunis... hiiiii wkwkwkwkwkwk
Kan menyesuaikan dengan event yg lagi berlangsung. Jadi apapun event nya, akan diusahakan untuk turut meramaikan.
~best regards: @upil_keren's sister~
Post a Comment