Setiap dari kita pasti pernah mengupil. Entah itu presiden, pejabat, jendral atau bahkan rakyat jelata pasti mengupil. Ada yang malu-malu dengan mengupil sembunyi-sembunyi ada juga yang narsis ngupil disembarang tempat dimanapun dan kapanpun. Percaya atau tidak tapi itulah faktanya.
Ada fakta menarik bahwa sesungguhnya mengupil sampai saat ini belum bisa terjelaskan oleh pengetahuan modern. Manusia ternyata sampai sekarang belum mampu mengungkap, mengapa ia memiliki kebiasaan mengupil alias memasukkan jari ke lubang hidung untuk mengambil sesuatu dari dalamnya. Mengupil adalah salah satu hal yang diakui majalah ilmiah New Scientist baru-baru ini sebagai bidang penelitian yang belum terpecahkan ilmu pengetahuanManusia boleh bangga dengan pencapaian teknologi luar angkasanya, kecanggihan piranti superkomputernya serta kemajuan di aneka bidang lainnya. Namun, ini semua tidak sepatutnya membuat manusia lupa diri dan sombong. Sebab masih banyak hal pada dirinya sendiri yang sampai sekarang belum diketahuinya, hal-hal yang nampaknya sepele sekali pun.Segala sesuatu yang diciptkan Allah meski hanya sebentuk upil kecil pastilah memiliki manfaat. Ingus kering itu pastilah diciptakan dengan segenap kehebatan yang ada. Tahu tidak bahwa sesungguhnya upil itu memliki fungsi yang signifikan?Sepuluh misteri tentang diri Anda”, demikian tulis Emma Young di majalah New Scientist keluaran tahun 2009 baru-baru ini. Dari sepuluh rahasia ilmiah yang belum terpecahkan ilmuwan di seluruh dunia itu, salah satunya adalah kebiasaan mengupil, mengorek kotoran di lubang hidung alias “nose-picking”.Dua ilmuwan asal Institut Kesehatan Mental dan Ilmu Saraf (National Institute of Mental Health and Neurosciences), di Bangalore, India, Chittaranjan Andrade dan B.S. Srihari telah menerbitkan jurnal ilmiah hasil penelitiannya seputar kebiasaan mengupil. Kajian ilmiah yang melibatkan 200 orang remaja dari 4 sekolah di wilayah perkotaan di Bangalore ini menyimpulkan bahwa hampir keseluruhan mereka memiliki kebiasaan mengupil sebanyak rata-rata empat kali sehari. Sekitar 60 remaja mengupil lebih dari 20 kali sehari. Namun hanya 9 orang, atau 4,5% yang mengaku bahwa mereka memakan kotoran hidungnya sendiri.Hasil penelitian itu, yang termasuk bidang yang masih jarang digeluti ilmuwan, terbit di Journal of Clinical Psychiatry, (vol 62, p 426, Juni 2001). Tulisan ilmiah itu berkesimpulan bahwa mengupil, yang bernama ilmiah rhinotillexomania, adalah hal yang umum dilakukan remaja, dan seringkali terkait dengan kebiasaan lain. Sang ilmuwan tersebut juga menyimpulkan bahwa kebiasaan mengupil mungkin layak dikaji lebih dalam mengenai kaitannya dengan penyakit. Atas karyanya, kedua ilmuwan India tersebut dianugerahi penghargaan berupa Ig Nobel prize.Jarangnya penelitian di bidang mengupil masih memunculkan tanda tanya besar, mengapa sebagian orang mesti memakan ingus kering hidungnya sendiri itu. Chittaranjan Andrade berpendapat bahwa tidak ada kandungan gizi yang penting di dalam ingus hidung. Namun ada kemungkinan bahwa memakan sampah lubang hidung dapat membantu reaksi kekebalan tubuh yang sehat. Sebab, para peneliti yang menekuni hipotesa ilmu kesehatan telah mendapatkan banyak sekali bukti-bukti yang menunjukkan bahwa orang yang tubuhnya jarang terkena atau kemasukan unsur-unsur atau zat-zat penyebab penyakit bakal menjadikan orang tersebut semakin rentan terkena penyakit alergi.Belum banyak rahasia ilmiah yang dapat diungkap mengenai bidang ini karena jarangnya penelitian dan karya ilmiah terkait yang telah terbit. Pada tahun 1966 pernah pula terbit hasil penelitian ilmiah oleh Sidney Tarachow dari State University of New York yang menemukan bahwa orang yang memakan kotoran hidung mereka mendapatinya “lezat”.sumber: beritaunik.net
Ada fakta menarik bahwa sesungguhnya mengupil sampai saat ini belum bisa terjelaskan oleh pengetahuan modern. Manusia ternyata sampai sekarang belum mampu mengungkap, mengapa ia memiliki kebiasaan mengupil alias memasukkan jari ke lubang hidung untuk mengambil sesuatu dari dalamnya. Mengupil adalah salah satu hal yang diakui majalah ilmiah New Scientist baru-baru ini sebagai bidang penelitian yang belum terpecahkan ilmu pengetahuan
Manusia boleh bangga dengan pencapaian teknologi luar angkasanya, kecanggihan piranti superkomputernya serta kemajuan di aneka bidang lainnya. Namun, ini semua tidak sepatutnya membuat manusia lupa diri dan sombong. Sebab masih banyak hal pada dirinya sendiri yang sampai sekarang belum diketahuinya, hal-hal yang nampaknya sepele sekali pun.
Segala sesuatu yang diciptkan Allah meski hanya sebentuk upil kecil pastilah memiliki manfaat. Ingus kering itu pastilah diciptakan dengan segenap kehebatan yang ada. Tahu tidak bahwa sesungguhnya upil itu memliki fungsi yang signifikan?
Sepuluh misteri tentang diri Anda”, demikian tulis Emma Young di majalah New Scientist keluaran tahun 2009 baru-baru ini. Dari sepuluh rahasia ilmiah yang belum terpecahkan ilmuwan di seluruh dunia itu, salah satunya adalah kebiasaan mengupil, mengorek kotoran di lubang hidung alias “nose-picking”.
Dua ilmuwan asal Institut Kesehatan Mental dan Ilmu Saraf (National Institute of Mental Health and Neurosciences), di Bangalore, India, Chittaranjan Andrade dan B.S. Srihari telah menerbitkan jurnal ilmiah hasil penelitiannya seputar kebiasaan mengupil. Kajian ilmiah yang melibatkan 200 orang remaja dari 4 sekolah di wilayah perkotaan di Bangalore ini menyimpulkan bahwa hampir keseluruhan mereka memiliki kebiasaan mengupil sebanyak rata-rata empat kali sehari. Sekitar 60 remaja mengupil lebih dari 20 kali sehari. Namun hanya 9 orang, atau 4,5% yang mengaku bahwa mereka memakan kotoran hidungnya sendiri.
Hasil penelitian itu, yang termasuk bidang yang masih jarang digeluti ilmuwan, terbit di Journal of Clinical Psychiatry, (vol 62, p 426, Juni 2001). Tulisan ilmiah itu berkesimpulan bahwa mengupil, yang bernama ilmiah rhinotillexomania, adalah hal yang umum dilakukan remaja, dan seringkali terkait dengan kebiasaan lain. Sang ilmuwan tersebut juga menyimpulkan bahwa kebiasaan mengupil mungkin layak dikaji lebih dalam mengenai kaitannya dengan penyakit. Atas karyanya, kedua ilmuwan India tersebut dianugerahi penghargaan berupa Ig Nobel prize.
Jarangnya penelitian di bidang mengupil masih memunculkan tanda tanya besar, mengapa sebagian orang mesti memakan ingus kering hidungnya sendiri itu. Chittaranjan Andrade berpendapat bahwa tidak ada kandungan gizi yang penting di dalam ingus hidung. Namun ada kemungkinan bahwa memakan sampah lubang hidung dapat membantu reaksi kekebalan tubuh yang sehat. Sebab, para peneliti yang menekuni hipotesa ilmu kesehatan telah mendapatkan banyak sekali bukti-bukti yang menunjukkan bahwa orang yang tubuhnya jarang terkena atau kemasukan unsur-unsur atau zat-zat penyebab penyakit bakal menjadikan orang tersebut semakin rentan terkena penyakit alergi.
Belum banyak rahasia ilmiah yang dapat diungkap mengenai bidang ini karena jarangnya penelitian dan karya ilmiah terkait yang telah terbit. Pada tahun 1966 pernah pula terbit hasil penelitian ilmiah oleh Sidney Tarachow dari State University of New York yang menemukan bahwa orang yang memakan kotoran hidung mereka mendapatinya “lezat”.
---------------------------------------------------------
Like to get the latest updates!
---------------------------------------------------------------
Share this great information with your friends!
0 comments:
Post a Comment