Recent Posts
Wednesday, May 16, 2012
Beli Lukisan di Loak, Ternyata Karya Picasso
Rezeki memang sering kali datang dari arah tak diduga. Seperti dialami seorang pria pengangguran asal Ohio yang mendapat durian runtuh. Iseng-iseng ia membeli lukisan seharga USD 14,14 atau setara 126 ribu di sebuah pasar loak. Tak dsangka, lukisan itu adalah salah satu koleksi pelukis ternama Pablo Picasso.
"Saya mulai gemetar sedikit," kata Zach Bodish, 46 tahun, setelah mengetahui fakta itu. "Saya menyadari ini tak akan membuat saya kaya, tapi tetap saja, seberapa sering sih Anda memiliki karya Picasso?"
Setelah dirumahkan oleh sebuah pusat seni dua tahun lalu, Bodish jadi pelanggan tetap toko Volunteers of America di Clintonville. Dia mengunjungi toko itu sekitar tiga kali saban seminggu untuk mencari 'benda lucu' guna dijual kembali.
"Saya mulai gemetar sedikit," kata Zach Bodish, 46 tahun, setelah mengetahui fakta itu. "Saya menyadari ini tak akan membuat saya kaya, tapi tetap saja, seberapa sering sih Anda memiliki karya Picasso?"
Setelah dirumahkan oleh sebuah pusat seni dua tahun lalu, Bodish jadi pelanggan tetap toko Volunteers of America di Clintonville. Dia mengunjungi toko itu sekitar tiga kali saban seminggu untuk mencari 'benda lucu' guna dijual kembali.
Awalnya saat melihat poster di belakang setumpuk karya seni bulan lalu, ia tak bergitu tertarik. Namun ia melihat warna dan finishing-nya dan menanda ada perbedaan.
"Yang satu ini tampak lain karena poster-poster biasanya memiliki cetak mengilap, tapi ini coklat," katanya.
Semula Bodish 'sekadar' menemukan tanda tak biasa dalam lukisan itu. Ia melihat sebuah coretan merah pada sudut lukisan, tempat yang sama dengan Picasso menandatangani namanya di gambar lainnya. Ia pun mulai berselancar di Internet mencari tahu.
Untuk meyakinkan, ia mendatangi ahli seni. Kepala Columbus Dispatch, seorang pengamat lukisan Picasso membenarkan karya itu milik sang maestro yang nilainya ditaksir sekitar USD 12 ribu.
"Ini seperti hujan berkah bagi saya," kata Todd Weyman, wakil presiden Swann Auction Galleries di New York, setelah menganalisis foto yang dibeli Bodish itu."Yang satu ini tampak lain karena poster-poster biasanya memiliki cetak mengilap, tapi ini coklat," katanya.
Semula Bodish 'sekadar' menemukan tanda tak biasa dalam lukisan itu. Ia melihat sebuah coretan merah pada sudut lukisan, tempat yang sama dengan Picasso menandatangani namanya di gambar lainnya. Ia pun mulai berselancar di Internet mencari tahu.
Untuk meyakinkan, ia mendatangi ahli seni. Kepala Columbus Dispatch, seorang pengamat lukisan Picasso membenarkan karya itu milik sang maestro yang nilainya ditaksir sekitar USD 12 ribu.
sumber: republika.co.id
---------------------------------------------------------
Like to get the latest updates!
---------------------------------------------------------------
Share this great information with your friends!
Makanan Indonesia Paling Disukai di Luar Negeri
Indonesia di kenal sebagai negara yang memiliki keanekaragaman khasahanh kuliner. Makanan makanan indonesia di kenal memiliki rasa yang sangat enak sebut saja sate , soto, nasi goreng, dan lain lain ternyata ke enakan makanan indonesia ini bukan cuman di nikmati oleh orang indonesia aja lho ternyata orang luar negri juga banyak yang menyukai makanan asal indonesia nah kamu mau tahu makanan apa aja yang paling di gemari orang luar negri simak Makanan Indonesia Paling Populer di Luar Negeri berikut ini.
1.Soto Betawi
Soto Betawi merupakan soto yang populer di daerah Jakarta. Seperti halnya soto Madura dan soto sulung, soto Betawi juga menggunakan jerohan. Selain jerohan, seringkali organ-organ lain juga disertakan, seperti mata, torpedo, dan juga hati
2. nasi goreng
Nasi goreng baik di Indonesia maupun di negara-negara lain dapat memiliki variasi tersendiri tergantung dari daerah asal dan bumbu atau bahan yang digunakan. Variasi ini biasanya dipengaruhi oleh bahan makanan yang biasa digunakan masyarakat setempat dan pengaruh ramuan bumbu dari negara tetangga, ataupun pengaruh budaya etnik asing bawaan yg datang ke negara tersebut
3. nasi kuning:
Nasi kuning adalah makanan khas Indonesia. Makanan ini terbuat dari beras yang dimasak bersama dengan kunyit serta santan dan rempah-rempah. Dengan ditambahkannya bumbu-bumbu dan santan, nasi kuning memiliki rasa yang lebih gurih daripada nasi putih. Nasi kuning adalah salah satu variasi dari nasi putih yang sering digunakan sebagai tumpeng. Nasi kuning biasa disajikan dengan bermacam lauk-pauk khas Indonesia. Dalam tradisi Indonesia warna nasi kuning melambangkan gunung emas yang bermakna kekayaan, kemakmuran serta moral yang luhur. Oleh sebab itu nasi kuning sering disajikan pada peristiwa syukuran dan peristiwa-peristiwa gembira seperti kelahiran, pernikahan dan tunangan. Dalam tradisi Bali, warna kuning adalah salah satu dari empat warna keramat yang ada, disamping putih, merah dan hitam. Nasi kuning oleh karena itu sering dijadikan sajian pada upacara kuningan
4. pecel lele:
Pecel lele (atau Pecek lele) di Indonesia adalah nama sebuah makanan yang terbuat dari ikan lele. Biasanya yang dimaksud adalah ikan lele yang digoreng kering dengan minyak dan lalu disajikan dengan sambal lalapan. Lalapan biasa terdiri dari kemangi, kubis, ketimun, kacang panjang dan sambal
5. gudeg:
Gudeg (bahasa Jawa gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek
6. kethoprak:
Ketoprak adalah salah satu jenis makanan khas Indonesia dengan menggunakan ketupat yang mudah dijumpai. Biasanya ketupat dijajakan menggunakan kereta dorong di jalan-jalan atau di kaki lima. Komponen utamanya adalah tahu, bihun, ketimun, tauge dan bisa juga pakai telur rebus yang dilengkapi dengan saus kacang, kecap, dan taburan bawang merah goreng. Dapat pula dihidangkan dengan tambahan kerupuk atau emping melinjo. Beberapa versi ada pula yang menyertakan tempe sebagai komponennya
7. siomay:
Dalam masakan Indonesia terdapat berbagai jenis variasi siomai berdasarkan daging untuk isi, mulai dari siomai ikan tenggiri, ayam, udang, kepiting, atau campuran daging ayam dan udang. Bahan untuk isi dicampur dengan sagu atau tapioka. Siomai juga tidak lagi dibungkus dengan kulit dari tepung terigu. Telur ayam dan sayuran seperti kentang, peria, dan kubis dengan isi atau tanpa isi juga dihidangkan di dalam satu piring bersama-sama siomai. Tahu bakso (tahu isi) juga termasuk ke dalam jenis siomai. Siomai (siomai bandung) dihidangkan setelah disiram saus kacang yang dibuat dari kacang tanah yang dihaluskan dan diencerkan dengan air. Bumbu untuk saus kacang antara lain cabai, gula pasir, bawang putih, garam dapur, dan cuka atau jeruk limau. Sewaktu disajikan, siomai bisa diberi tambahan kecap manis, sambal botol, atau saus tomat
8. bakso:
Bakso atau baso adalah jenis bola daging yang paling lazim dalam masakan Indonesia.[1] Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga baso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge, tahu, terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat populer dan dapat ditemukan di seluruh Indonesia; dari gerobak pedagang kaki lima hingga restoran. Berbagai jenis bakso sekarang banyak di tawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual di pasar swalayan dan mall-mall. Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis makanan lain seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap cai
9. sate:
Sate atau kadangkala ditulis satay atau satai adalah makanan yang terbuat dari potongan daging (ayam, kambing, domba, sapi, babi, ikan, dan lain-lain) yang dipotong kecil-kecil,dan ditusuki dengan tusukan sate yang biasanya dibuat dari bambu, kemudian dibakar menggunakan bara arang kayu. Sate kemudian disajikan dengan berbagai macam bumbu (bergantung pada variasi resep sate)
10.gado-gado:
Gado-gado adalah salah satu makanan yang berasal dari Indonesia yang berupa sayur-sayuran yang direbus dan dicampur jadi satu, dengan bumbu atau saus dari kacang tanah yang dihaluskan disertai irisan telur dan di atasnya ditaburkan bawang goreng. Sedikit emping goreng atau kerupuk (ada juga yang memakai kerupuk udang) juga ditambahkan. Gado-gado dapat dimakan begitu saja seperti salad dengan bumbu/saus kacang, tapi juga dapat dimakan beserta nasi putih atau kadang-kadang juga disajikan dengan lontong.
sumber:paligseru.com
---------------------------------------------------------
1.Soto Betawi
Soto Betawi merupakan soto yang populer di daerah Jakarta. Seperti halnya soto Madura dan soto sulung, soto Betawi juga menggunakan jerohan. Selain jerohan, seringkali organ-organ lain juga disertakan, seperti mata, torpedo, dan juga hati
2. nasi goreng
Nasi goreng baik di Indonesia maupun di negara-negara lain dapat memiliki variasi tersendiri tergantung dari daerah asal dan bumbu atau bahan yang digunakan. Variasi ini biasanya dipengaruhi oleh bahan makanan yang biasa digunakan masyarakat setempat dan pengaruh ramuan bumbu dari negara tetangga, ataupun pengaruh budaya etnik asing bawaan yg datang ke negara tersebut
3. nasi kuning:
Nasi kuning adalah makanan khas Indonesia. Makanan ini terbuat dari beras yang dimasak bersama dengan kunyit serta santan dan rempah-rempah. Dengan ditambahkannya bumbu-bumbu dan santan, nasi kuning memiliki rasa yang lebih gurih daripada nasi putih. Nasi kuning adalah salah satu variasi dari nasi putih yang sering digunakan sebagai tumpeng. Nasi kuning biasa disajikan dengan bermacam lauk-pauk khas Indonesia. Dalam tradisi Indonesia warna nasi kuning melambangkan gunung emas yang bermakna kekayaan, kemakmuran serta moral yang luhur. Oleh sebab itu nasi kuning sering disajikan pada peristiwa syukuran dan peristiwa-peristiwa gembira seperti kelahiran, pernikahan dan tunangan. Dalam tradisi Bali, warna kuning adalah salah satu dari empat warna keramat yang ada, disamping putih, merah dan hitam. Nasi kuning oleh karena itu sering dijadikan sajian pada upacara kuningan
4. pecel lele:
Pecel lele (atau Pecek lele) di Indonesia adalah nama sebuah makanan yang terbuat dari ikan lele. Biasanya yang dimaksud adalah ikan lele yang digoreng kering dengan minyak dan lalu disajikan dengan sambal lalapan. Lalapan biasa terdiri dari kemangi, kubis, ketimun, kacang panjang dan sambal
5. gudeg:
Gudeg (bahasa Jawa gudheg) adalah makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna coklat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampung, telur, tahu dan sambal goreng krecek
6. kethoprak:
Ketoprak adalah salah satu jenis makanan khas Indonesia dengan menggunakan ketupat yang mudah dijumpai. Biasanya ketupat dijajakan menggunakan kereta dorong di jalan-jalan atau di kaki lima. Komponen utamanya adalah tahu, bihun, ketimun, tauge dan bisa juga pakai telur rebus yang dilengkapi dengan saus kacang, kecap, dan taburan bawang merah goreng. Dapat pula dihidangkan dengan tambahan kerupuk atau emping melinjo. Beberapa versi ada pula yang menyertakan tempe sebagai komponennya
7. siomay:
Dalam masakan Indonesia terdapat berbagai jenis variasi siomai berdasarkan daging untuk isi, mulai dari siomai ikan tenggiri, ayam, udang, kepiting, atau campuran daging ayam dan udang. Bahan untuk isi dicampur dengan sagu atau tapioka. Siomai juga tidak lagi dibungkus dengan kulit dari tepung terigu. Telur ayam dan sayuran seperti kentang, peria, dan kubis dengan isi atau tanpa isi juga dihidangkan di dalam satu piring bersama-sama siomai. Tahu bakso (tahu isi) juga termasuk ke dalam jenis siomai. Siomai (siomai bandung) dihidangkan setelah disiram saus kacang yang dibuat dari kacang tanah yang dihaluskan dan diencerkan dengan air. Bumbu untuk saus kacang antara lain cabai, gula pasir, bawang putih, garam dapur, dan cuka atau jeruk limau. Sewaktu disajikan, siomai bisa diberi tambahan kecap manis, sambal botol, atau saus tomat
8. bakso:
Bakso atau baso adalah jenis bola daging yang paling lazim dalam masakan Indonesia.[1] Bakso umumnya dibuat dari campuran daging sapi giling dan tepung tapioka, akan tetapi ada juga baso yang terbuat dari daging ayam, ikan, atau udang. Dalam penyajiannya, bakso umumnya disajikan panas-panas dengan kuah kaldu sapi bening, dicampur mi, bihun, taoge, tahu, terkadang telur, ditaburi bawang goreng dan seledri. Bakso sangat populer dan dapat ditemukan di seluruh Indonesia; dari gerobak pedagang kaki lima hingga restoran. Berbagai jenis bakso sekarang banyak di tawarkan dalam bentuk makanan beku yang dijual di pasar swalayan dan mall-mall. Irisan bakso dapat juga dijadikan pelengkap jenis makanan lain seperti mi goreng, nasi goreng, atau cap cai
9. sate:
Sate atau kadangkala ditulis satay atau satai adalah makanan yang terbuat dari potongan daging (ayam, kambing, domba, sapi, babi, ikan, dan lain-lain) yang dipotong kecil-kecil,dan ditusuki dengan tusukan sate yang biasanya dibuat dari bambu, kemudian dibakar menggunakan bara arang kayu. Sate kemudian disajikan dengan berbagai macam bumbu (bergantung pada variasi resep sate)
10.gado-gado:
Gado-gado adalah salah satu makanan yang berasal dari Indonesia yang berupa sayur-sayuran yang direbus dan dicampur jadi satu, dengan bumbu atau saus dari kacang tanah yang dihaluskan disertai irisan telur dan di atasnya ditaburkan bawang goreng. Sedikit emping goreng atau kerupuk (ada juga yang memakai kerupuk udang) juga ditambahkan. Gado-gado dapat dimakan begitu saja seperti salad dengan bumbu/saus kacang, tapi juga dapat dimakan beserta nasi putih atau kadang-kadang juga disajikan dengan lontong.
sumber:paligseru.com
---------------------------------------------------------
Like to get the latest updates!
---------------------------------------------------------------
Share this great information with your friends!
Manfaat Jalan Kaki Bagi Kesehatan
JALAN kaki sering dianggap sepele dalam kategori jenis olahraga. Padahal sudah terbukti jalan kaki yang dilakukan secara rutin bisa mengatasi berbagai masalah kesehatan mulai dari migren, berat badan, masalah pernapasan, jantung, dan lain sebagainya. Tahukah Anda, jalan kaki santai setidaknya 2-3 km per hari mampu mengatasi berbagai penyakit?
1. Menghindarkan dari diabetes tipe 2. Program pencegahan diabetes memperlihatkan, jalan kaki 150 menit per minggu akan mengurangi 7 persen berat badan Anda atau sekitar 7 kg. Lebih penting lagi mampu menurunkan penyakit diabetes hingga 58 persen.
2. Memperkuat jantung pria. Dalam sebuah penelitian, tingkat kematian pada pria pensiun yang berjalan kaki kurang dari 1 mil per hari dua kali lebih banyak dibanding mereka yang menempuh jarak 2 mil per hari.
3. Memperkuat jantung wanita. Studi yang dilakukan pada 72.488 wanita memperlihatkan, jalan kaki 3 jam per minggu akan mengurangi risiko terkena serangan jantung atau jenis penyakit jantung lain.
4. Baik untuk otak. Dalam studi tentang jalan kaki ditemukan, wanita yang berjalan 1,5 jam per minggu memiliki fungsi kerja organ kepala yang lebih baik daripada mereka yang hanya berjalan 40 menit per minggu.
5. Baik untuk tulang. Riset memperlihatkan bahwa wanita menopause yang berjalan kurang lebih 1 mil per hari memiliki kepadatan tulang lebih baik daripada mereka yang sedikit berjalan kaki, dan jalan kaki sangat efektif untuk menurunkan kehilangan massa tulang di bagian kaki.
6. Mengurangi gejala depresi. Jalan kaki selama 30 menit, 3-5 kali per minggu selama 12 minggu, mengurangi gejala depresi.
7. Mengurangi risiko kanker payudara dan kolon. Wanita yang berjalan secara rutin 65 menit hinga 135 menit per minggu bisa mengurangi risiko terkena kanker payudara dan kolon hingga 18 persen dibandingkan wanita yang tidak aktif. Studi memperlihatkan, olahraga dapat mencegah kanker kolon. Untuk orang yang telah terkena kedua kanker, olahraga mampu meningkatkan kualitas hidup dan mengurangi angka kematian.
8. Meningkatkan kebugaran. Jalan kaki 3 kali per minggu selama 30 menit dapat meningkatkan kebugaran dan sistem pernapasan secara signifikan.
9. Jalan kaki singkat pun meningkatkan kebugaran. Studi yang dilakukan pada pejalan kaki wanita memperlihatkan, jalan kaki singkat sekitar 10 menit per hari pun punya efek buat kesehatan. Hasilnya akan terlihat pada peningkatan kebugaran dan pengurangan lemak di tubuh, kalau dilakukan hingga 30 menit per hari.
10. Meningkatkan fungsi fisik. Riset memperlihatkan, jalan kaki bisa meningkatkan kebugaran dan fungsi kerja tubuh serta melindungi tubuh dari penyakit degeneratif pada orang lanjut usia.
Inilah McDonald's Terkeren se-Indonesia!
view laut, dari sini bisa menikmati makanan sambil melihat keindahan Teluk Manado dan Pulau Manado Tua serta Bunaken
sumber: http://www.skyscrapercity.com/showthread.php?p=83096833&langid=5
---------------------------------------------------------
Like to get the latest updates!
---------------------------------------------------------------
Share this great information with your friends!
Silakan Makan Sekalian Sama Piringnya
Kali ini, guyonan biasa di meja makan itu bukan lagi sekadar kelakar atau bercanda, tapi benar adanya. Serius, sekarang, makan sudah bisa dengan piring-piringnya sekalian. Karena, piring itu terbuat dari terigu yang sudah dimasak. Hmm.. kedengarannya yummy!
Satu perusahaan di Taiwan telah memulai memproduksi peralatan makan yang terbuat dari bahan terigu, yang memungkinkan publik memakannya setelah menghabiskan makanan di atas meja. Kalaupun sudah kenyang, piring, gelas, ataupun mangkuk itu bisa direbus dan kemudian diberikan pada binatang piaraan.
Terdengar menarik dan ramah lingkungan, bukan?
Ide brilian itu dikembangkan Chen Liang-erh. Ia menciptakan piring dan peralatan makan yang bisa dimakan. Awalnya dibuat dari oatmeal atau bubur gandum. Dia butuh waktu yang tidak sedikit untuk trial and error. Tidak tangung-tanggung, Chen menghabiskan waktu hampir sepuluh tahun untuk riset dengan total biaya sekitar 1,48 juta dollar AS.
Dari produk yang bentuknya biasa saja dan satu warna, kemudian berkembang menjadi lebih berwarna dan beragam sehingga tampak lebih menarik dan sekilas tidak akan tampak meyakinkan kalau bisa juga dimakan karena kemiripannya dengan piring biasa yang sering digunakan.
Dari sebuah tulisan di Daily China News, perusahaan yang digawangi Chen awalnya berencana memproduksi sekitar enam juta “piring dan mangkuk lezat” itu dalam satu hari selama 18 bulan masa percobaan. Setelah hampir tiga tahun berjalan, produksi ternyata meningkat menjadi 14 juta item setiap hari.
Sepertinya, piring yang bisa dimakan itu telah menarik perhatian publik, seolah menjadi bagian dari makanan penutup yang bisa digigit, dikunyah, atau ditelan. Kalau memang sudah kenyang dan tidak sanggup lagi, piring dan mangkuk itu bisa direbus dan menjadi makanan penuh nutrisi buat binatang piaraan di rumah.
Kehadiran piring atupun mangkuk dari terigu dan gandum ini sepertinya akan segera menjadi hit. Setidaknya, beberapa waktu dulu, selalu ada masa ketika peralatan makan dari aluminium menggantikan posisi piring-piring yang terbuat dari logam, emas, ataupun perak. Makin berkembang, lalu ada piring dan mangkuk dari keramik dan plastik.
Siapa tahu, beberapa waktu ke depan berikutnya adalah giliran peralatan makan yang praktis dan juga ramah lingkungan ini. Setidaknya, dia tidak lagi menjadi sampah yang dibuang ataupun memenuhi tempat untuk dibersihkan (dicuci).
Selain dari gandum, ada juga yang terbuat dari maizena (tepung dari tanaman jagung), kentang, atau produk pertanian lainnya. Di samping baik untuk kesehatan, dimanfaatkannya bahan alami ini juga dinilai bisa turut menjaga lingkungan, karena kalaupun dibuang, masih mudah diolah dan menjadi kompos.
Jadi, kalau satu kali ke restoran dan ada pelayan yang berkata, “Silakan makan, sekalian sama piringnya”, jangan lagi kaget. Siapa tahu, yang ada di atas meja, benaran bisa dimakan. Semoga harganya juga tidak dua kali lipat. rai/L-3
Ramah Lingkungan
Keberadaan peralatan makan yang bisa dilahap ini secara tidak langsung juga mengusung nilai tambah, yakni ramah lingkungan. Kebetulan, inovasi ini hadir di era ketika gaung gaya hidup hijau atau go-green sedang bergema. Setidaknya, peralatan makan ini akan mengurangi populasi sampah, sekaligus membuat lingkungan tetap bersih dan terjaga.
Coba hitung berapa piring, mangkuk, atau gelas yang menumpuk saat satu event atau festival akbar digelar. Bagi yang pernah hadir di festival musik jazz ataupun festival besar lainnya, tentu pernah membayangkan betapa banyaknya publik membuang sisa makanan dan tempat makannya.
Seorang bernama David Kupfer dalam tulisannya di sierraclub.org, pernah menyebutkan kalau warga Amerika itu membuang 60 miliar gelas, 20 miliar peralatan makan, serta 15 miliar piring untuk tahun 2001. Hanya sedikit sekali yang perhatian terhadap lingkungan, khususnya kalau itu festival go-green.
Bagaimana dengan Indonesia? Belum ada yang memperhatikan ini. Tapi kalau pernah hadir dalam berbagai ajang festival, yang berlangsung tiga hari misalnya, pasti akan menemui tumpukan sampah (yang sebagian besar sisa makanan) di beberapa titik. Kalau dikalkulasi tidak bisa dibayangkan juga jumlahnya.
Nah, dengan keberadaan piring dan mangkuk lezat ini siapa tahu bisa mengatasi masalah rumit mengenai lingkungan itu. Karena terbuat dari bahan yang alami, tentunya dia juga tidak berbahaya, dan kalaupun dibuang bisa menjadi kompos buat tanah.
Bukankah dengan nilai tambah yang dibawanya, peralatan makan “ajaib” ini sekaligus telah menjadi pahlawan juga buat lingkungan serta manusia. Dia tidak lagi merepotkan untuk dicuci atau menumpuk di sudut ruang.
Karena itu juga, rasanya perkembangan abad ke-21 tidak hanya bertumpu pada teknologi, tapi bagaimana juga mengusung bahan pertanian ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, sudah saatnya juga bidang agrikultur ini mulai dilirik sebagai ranah yang potensial, selain ranah digital yang sudah tidak bisa dibendung wabahnya. rai/L-3
Fakta di Balik Gagasan Cerdas Itu
Selain berkembang di Taiwan, peralatan makan yang mencuri perhatian ini sebelumnya sudah juga menjadi perbincangan di berbagai kalangan, di sejumlah negara. Beberapa cerita dan kisahnya cukup menarik untuk diikuti. Berikut diantaranya.
• Sekitar tahun 1992, seorang insinyur dari Kanada bernama David Aung pernah mencoba menciptakan peralatan makan yang bisa dilahap dan ditujukan untuk ramah lingkungan. Dia membuat cangkir, mangkuk, piring, dan berbagai peralatan makan lainya dari sejumlah bahan alami, seperti gandum, jagung, terigu, beras, kedelai, dan tepung tapioka, atau ubi kayu.
Dalam perkembangannya dia juga membuat varasi dengan dekorasi tambahan rasa, seperti cokelat, vanila, dan jeruk. Sayangnya, produk itu tidak pernah muncul ke pasaran, karena permasalahan kurangnya dana investasi dan pengembangan.
• Di Polandia, Miller Jerzy Wysocki punya gagasan yang sama dengan membuat peralatan makan dari tepung terigu. Beberapa tahun yang lalu, dia mencoba membuat dengan 100 persen bahan dari alam, dengan produk berupa piring, mangkuk, dan cangkir. Tanpa bahan pewarna ataupun zat kimia. Namun, usaha penjualannya di sana tersendat, apalagi publik masih mengabaikan bahan organik ini. Tapi, dia tidak perlu berkecil hati, karena kemudian salah satu perusahaan supermarket besar di Inggris meliriknya dan ditawari untuk mengembangkan produksi, hingga termasuk pembungkus pizza bagi yang ingin dibawa pulang.
• Sebuah perusahaan di Inggris bernama Potatopak mengembangkan pembuatan piring yang terbuat dari kentang. Dikenal dengan sebutan “piring kentang”, produk ini diyakini 100 persen ramah lingkungan tanpa racun dan zat kimia. Produksinya terbatas sejak tahun 1998. Selain peralatan makan, juga ada baki (nampan) dan panci. Kompetitornya hanya ada dua, yakni yang berada di AS dan Jerman.
• Di Jerman, sejumlah cangkir dan mangkuk yang bisa dimakan (seperti wafer/waffle) kerap menjadi pelengkap yang sering disuguhi kala ada festival ataupun pameran. Biasanya sebagai tempat ditarohnya, kentang, saus, irisan pizza, crepes, dan es krim.
• Cobatco, sebuah perusahaan dari Illinois memproduksi mangkuk wafel untuk keperluan rumah atau bisnis.
• Di Austria, Swedia, dan Jerman, perusahaan fast food McDonalds-nya menggunakan peralatan makan dari maizena (sejenis tanaman dari jagung) yang diproduksi dari Italia. Di samping itu, container es krimnya terbuat dari biscuit (cookie) untuk menggantikan yang sebelumnya terbuat dari plastik.
• Di Amerika, ada Edibowls yang berlokasi di California Selatan, menjual enam mangkuk yang terbuat dari terigu, yang dibakar, dan renyah kala dimakan. Pasar mereka adalah kafe-kafe dan institusi. Disebutkan, seorang Professor Jay-Lin Jane, dari Iowa State University, yang mencoba mengembangkan peralatan makan yang bisa dilahap ini.
• Duo Anne Bannick dan Lene Vad Jensen dari Denmark membuat peralatan makan dari terigu, maizena dan laktat asam susu, di bawah naungan Papcorns. Beberapa produknya, berupa sushi-set, piring, dan peralatan makan lengkap, hingga mangkuk. rai/L-3
sumber: kaskus.us
---------------------------------------------------------
Satu perusahaan di Taiwan telah memulai memproduksi peralatan makan yang terbuat dari bahan terigu, yang memungkinkan publik memakannya setelah menghabiskan makanan di atas meja. Kalaupun sudah kenyang, piring, gelas, ataupun mangkuk itu bisa direbus dan kemudian diberikan pada binatang piaraan.
Terdengar menarik dan ramah lingkungan, bukan?
Ide brilian itu dikembangkan Chen Liang-erh. Ia menciptakan piring dan peralatan makan yang bisa dimakan. Awalnya dibuat dari oatmeal atau bubur gandum. Dia butuh waktu yang tidak sedikit untuk trial and error. Tidak tangung-tanggung, Chen menghabiskan waktu hampir sepuluh tahun untuk riset dengan total biaya sekitar 1,48 juta dollar AS.
Dari produk yang bentuknya biasa saja dan satu warna, kemudian berkembang menjadi lebih berwarna dan beragam sehingga tampak lebih menarik dan sekilas tidak akan tampak meyakinkan kalau bisa juga dimakan karena kemiripannya dengan piring biasa yang sering digunakan.
Dari sebuah tulisan di Daily China News, perusahaan yang digawangi Chen awalnya berencana memproduksi sekitar enam juta “piring dan mangkuk lezat” itu dalam satu hari selama 18 bulan masa percobaan. Setelah hampir tiga tahun berjalan, produksi ternyata meningkat menjadi 14 juta item setiap hari.
Sepertinya, piring yang bisa dimakan itu telah menarik perhatian publik, seolah menjadi bagian dari makanan penutup yang bisa digigit, dikunyah, atau ditelan. Kalau memang sudah kenyang dan tidak sanggup lagi, piring dan mangkuk itu bisa direbus dan menjadi makanan penuh nutrisi buat binatang piaraan di rumah.
Kehadiran piring atupun mangkuk dari terigu dan gandum ini sepertinya akan segera menjadi hit. Setidaknya, beberapa waktu dulu, selalu ada masa ketika peralatan makan dari aluminium menggantikan posisi piring-piring yang terbuat dari logam, emas, ataupun perak. Makin berkembang, lalu ada piring dan mangkuk dari keramik dan plastik.
Siapa tahu, beberapa waktu ke depan berikutnya adalah giliran peralatan makan yang praktis dan juga ramah lingkungan ini. Setidaknya, dia tidak lagi menjadi sampah yang dibuang ataupun memenuhi tempat untuk dibersihkan (dicuci).
Selain dari gandum, ada juga yang terbuat dari maizena (tepung dari tanaman jagung), kentang, atau produk pertanian lainnya. Di samping baik untuk kesehatan, dimanfaatkannya bahan alami ini juga dinilai bisa turut menjaga lingkungan, karena kalaupun dibuang, masih mudah diolah dan menjadi kompos.
Jadi, kalau satu kali ke restoran dan ada pelayan yang berkata, “Silakan makan, sekalian sama piringnya”, jangan lagi kaget. Siapa tahu, yang ada di atas meja, benaran bisa dimakan. Semoga harganya juga tidak dua kali lipat. rai/L-3
Ramah Lingkungan
Keberadaan peralatan makan yang bisa dilahap ini secara tidak langsung juga mengusung nilai tambah, yakni ramah lingkungan. Kebetulan, inovasi ini hadir di era ketika gaung gaya hidup hijau atau go-green sedang bergema. Setidaknya, peralatan makan ini akan mengurangi populasi sampah, sekaligus membuat lingkungan tetap bersih dan terjaga.
Coba hitung berapa piring, mangkuk, atau gelas yang menumpuk saat satu event atau festival akbar digelar. Bagi yang pernah hadir di festival musik jazz ataupun festival besar lainnya, tentu pernah membayangkan betapa banyaknya publik membuang sisa makanan dan tempat makannya.
Seorang bernama David Kupfer dalam tulisannya di sierraclub.org, pernah menyebutkan kalau warga Amerika itu membuang 60 miliar gelas, 20 miliar peralatan makan, serta 15 miliar piring untuk tahun 2001. Hanya sedikit sekali yang perhatian terhadap lingkungan, khususnya kalau itu festival go-green.
Bagaimana dengan Indonesia? Belum ada yang memperhatikan ini. Tapi kalau pernah hadir dalam berbagai ajang festival, yang berlangsung tiga hari misalnya, pasti akan menemui tumpukan sampah (yang sebagian besar sisa makanan) di beberapa titik. Kalau dikalkulasi tidak bisa dibayangkan juga jumlahnya.
Nah, dengan keberadaan piring dan mangkuk lezat ini siapa tahu bisa mengatasi masalah rumit mengenai lingkungan itu. Karena terbuat dari bahan yang alami, tentunya dia juga tidak berbahaya, dan kalaupun dibuang bisa menjadi kompos buat tanah.
Bukankah dengan nilai tambah yang dibawanya, peralatan makan “ajaib” ini sekaligus telah menjadi pahlawan juga buat lingkungan serta manusia. Dia tidak lagi merepotkan untuk dicuci atau menumpuk di sudut ruang.
Karena itu juga, rasanya perkembangan abad ke-21 tidak hanya bertumpu pada teknologi, tapi bagaimana juga mengusung bahan pertanian ke dalam kehidupan sehari-hari. Dengan begitu, sudah saatnya juga bidang agrikultur ini mulai dilirik sebagai ranah yang potensial, selain ranah digital yang sudah tidak bisa dibendung wabahnya. rai/L-3
Fakta di Balik Gagasan Cerdas Itu
Selain berkembang di Taiwan, peralatan makan yang mencuri perhatian ini sebelumnya sudah juga menjadi perbincangan di berbagai kalangan, di sejumlah negara. Beberapa cerita dan kisahnya cukup menarik untuk diikuti. Berikut diantaranya.
• Sekitar tahun 1992, seorang insinyur dari Kanada bernama David Aung pernah mencoba menciptakan peralatan makan yang bisa dilahap dan ditujukan untuk ramah lingkungan. Dia membuat cangkir, mangkuk, piring, dan berbagai peralatan makan lainya dari sejumlah bahan alami, seperti gandum, jagung, terigu, beras, kedelai, dan tepung tapioka, atau ubi kayu.
Dalam perkembangannya dia juga membuat varasi dengan dekorasi tambahan rasa, seperti cokelat, vanila, dan jeruk. Sayangnya, produk itu tidak pernah muncul ke pasaran, karena permasalahan kurangnya dana investasi dan pengembangan.
• Di Polandia, Miller Jerzy Wysocki punya gagasan yang sama dengan membuat peralatan makan dari tepung terigu. Beberapa tahun yang lalu, dia mencoba membuat dengan 100 persen bahan dari alam, dengan produk berupa piring, mangkuk, dan cangkir. Tanpa bahan pewarna ataupun zat kimia. Namun, usaha penjualannya di sana tersendat, apalagi publik masih mengabaikan bahan organik ini. Tapi, dia tidak perlu berkecil hati, karena kemudian salah satu perusahaan supermarket besar di Inggris meliriknya dan ditawari untuk mengembangkan produksi, hingga termasuk pembungkus pizza bagi yang ingin dibawa pulang.
• Sebuah perusahaan di Inggris bernama Potatopak mengembangkan pembuatan piring yang terbuat dari kentang. Dikenal dengan sebutan “piring kentang”, produk ini diyakini 100 persen ramah lingkungan tanpa racun dan zat kimia. Produksinya terbatas sejak tahun 1998. Selain peralatan makan, juga ada baki (nampan) dan panci. Kompetitornya hanya ada dua, yakni yang berada di AS dan Jerman.
• Di Jerman, sejumlah cangkir dan mangkuk yang bisa dimakan (seperti wafer/waffle) kerap menjadi pelengkap yang sering disuguhi kala ada festival ataupun pameran. Biasanya sebagai tempat ditarohnya, kentang, saus, irisan pizza, crepes, dan es krim.
• Cobatco, sebuah perusahaan dari Illinois memproduksi mangkuk wafel untuk keperluan rumah atau bisnis.
• Di Austria, Swedia, dan Jerman, perusahaan fast food McDonalds-nya menggunakan peralatan makan dari maizena (sejenis tanaman dari jagung) yang diproduksi dari Italia. Di samping itu, container es krimnya terbuat dari biscuit (cookie) untuk menggantikan yang sebelumnya terbuat dari plastik.
• Di Amerika, ada Edibowls yang berlokasi di California Selatan, menjual enam mangkuk yang terbuat dari terigu, yang dibakar, dan renyah kala dimakan. Pasar mereka adalah kafe-kafe dan institusi. Disebutkan, seorang Professor Jay-Lin Jane, dari Iowa State University, yang mencoba mengembangkan peralatan makan yang bisa dilahap ini.
• Duo Anne Bannick dan Lene Vad Jensen dari Denmark membuat peralatan makan dari terigu, maizena dan laktat asam susu, di bawah naungan Papcorns. Beberapa produknya, berupa sushi-set, piring, dan peralatan makan lengkap, hingga mangkuk. rai/L-3
sumber: kaskus.us
---------------------------------------------------------
Like to get the latest updates!
---------------------------------------------------------------
Share this great information with your friends!
Subscribe to:
Posts (Atom)