Share:
JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata akan mengusulkan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) ke UNESCO sebagai intangible cultural heritage. "TMII bukan hanya tempat benda-benda mati, tapi sebagai wahana pelindungan, pelestarian, perkembangan, dan pendidikan budaya," kata Direktur Operasi TMII Ade F Meliala pada jumpa pers rencana HUT TMII ke-36 di TMII Jakarta, Sabtu (12/3/2011).
Ia menuturkan, TMII merupakan ruang penciptaan budaya yang hidup. Karena itu, ia mengharapkan dukungan agar TMII bisa masuk dalam daftar warisan budaya dunia UNESCO. Rencananya, 25 Maret mendatang berkas usulan akan dikirim ke UNESCO.
Hal senada juga diungkapkan Manager Budaya TMII Mas'ud Thoyib. Ia mengatakan, selama ini TMII lebih tepat disebut sebagai melestarikan budaya dibanding konservasi budaya karena TMII kerap mengadakan acara-acara budaya. Dengan demikian, lanjutnya, budaya tidak mati, tapi malah berkembang sesuai dinamika masyarakat.
"Selama ini, kita lebih sering dilihat sebagai tempat rekreasi. Sejak berdiri tahun 1975, selalu ada kegiatan di anjungan-anjungan daerah dan parade tari daerah Nusantara," tutur Mas'ud.
Terdapat 650 tari kreasi yang dihasilkan TMII. Tak heran, menurut Mas'ud, TMII disebut sebagai ruang budaya, dan pemerintah melihat hal ini sebagai cara terbaik dalam pelindungan budaya.
Selain itu, paket acara khusus yang selalu diadakan TMII menjadi salah satu pelestarian budaya Nusantara. Dalam acara tersebut biasa ditampilkan kegiatan seni budaya dan upacara adat, mulai dari masih dalam kandungan hingga akhir hayat.
"Sudah ada 300 upacara adat yang telah dilestarikan. Kami juga ada pameran kerajinan tangan yang ditampung di Sasana Kriya," kata Mas'ud.
TMII menampilkan unsur seni budaya, yaitu adat istiadat, bahasa, upacara adat, seni pertunjukan, dan seni kriya.
sumber: kompas.com
---------------------------------------------------------
JAKARTA, KOMPAS.com — Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata akan mengusulkan Taman Mini Indonesia Indah (TMII) ke UNESCO sebagai intangible cultural heritage. "TMII bukan hanya tempat benda-benda mati, tapi sebagai wahana pelindungan, pelestarian, perkembangan, dan pendidikan budaya," kata Direktur Operasi TMII Ade F Meliala pada jumpa pers rencana HUT TMII ke-36 di TMII Jakarta, Sabtu (12/3/2011).
Ia menuturkan, TMII merupakan ruang penciptaan budaya yang hidup. Karena itu, ia mengharapkan dukungan agar TMII bisa masuk dalam daftar warisan budaya dunia UNESCO. Rencananya, 25 Maret mendatang berkas usulan akan dikirim ke UNESCO.
Hal senada juga diungkapkan Manager Budaya TMII Mas'ud Thoyib. Ia mengatakan, selama ini TMII lebih tepat disebut sebagai melestarikan budaya dibanding konservasi budaya karena TMII kerap mengadakan acara-acara budaya. Dengan demikian, lanjutnya, budaya tidak mati, tapi malah berkembang sesuai dinamika masyarakat.
"Selama ini, kita lebih sering dilihat sebagai tempat rekreasi. Sejak berdiri tahun 1975, selalu ada kegiatan di anjungan-anjungan daerah dan parade tari daerah Nusantara," tutur Mas'ud.
Terdapat 650 tari kreasi yang dihasilkan TMII. Tak heran, menurut Mas'ud, TMII disebut sebagai ruang budaya, dan pemerintah melihat hal ini sebagai cara terbaik dalam pelindungan budaya.
Selain itu, paket acara khusus yang selalu diadakan TMII menjadi salah satu pelestarian budaya Nusantara. Dalam acara tersebut biasa ditampilkan kegiatan seni budaya dan upacara adat, mulai dari masih dalam kandungan hingga akhir hayat.
"Sudah ada 300 upacara adat yang telah dilestarikan. Kami juga ada pameran kerajinan tangan yang ditampung di Sasana Kriya," kata Mas'ud.
TMII menampilkan unsur seni budaya, yaitu adat istiadat, bahasa, upacara adat, seni pertunjukan, dan seni kriya.
sumber: kompas.com
---------------------------------------------------------
Like to get the latest updates!
---------------------------------------------------------------
Share this great information with your friends!
No comments:
Post a Comment